Humas DJP Berlatih Analisis Berita

[IMG:img-8851-edit.jpeg]

Di abad informasi seperti saat ini, praktisi public relations (PR) kerap dihadapkan pada melimpahnya informasi yang hadir melalui beragam jenis media, dari media konvensional hingga media baru atau internet. Namun, pada saat yang sama waktu yang dimiliki untuk mencerna informasi tersebut jelas terbatas. Untuk menyiasatinya, praktisi PR perlu memiliki kemampuan menyeleksi dan menganalisis berita dengan cepat.

Sebagai salah satu upaya menjembatani kebutuhan tersebut bagi para praktisi PR di Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat menyelenggarakan pelatihan “Tehnik Membaca Berita dengan Cepat dan Efektif, Memahami dan Mengenal Metode Analisis Berita”di Jakarta, Kamis - Jumat (28 - 29/05/2015.

Acara ini diikuti sedikitnya 30 pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang berasal dari kantor pusat maupun utusan dari Kanwil se-Jabodetabek dan Banten. Pelatihan ini dibuka oleh Ani Natalia, Kepala Subdirektorat Bidang Hubungan Masyarakat DJP. Lalu dilanjutkan oleh Asmono Wikan, Direktur Eksekutif SPS Pusat yang memaparkan materi mengenai Indonesia Media Landscape dan Karakteristik Media Sosial dan Cetak.

Asmono menjelaskan, setiap media memiliki garis kebijakan redaksi yang menjadi panduan untuk para wartawan. “Alur kerja jurnalistik dimulai dari rapat perencanaan, liputan di lapangan, menulis hasil reportase, hingga diputuskan dalam rapat apakah sebuah layak untuk diangkat atau tidak hingga kemudian diterbitkan,” ujarnya berkronologi.

Pembicara berikutnya, Teguh Poeradisastra, Managing Editor Majalah SWA, menyampaikan materi Teknik Jurnalistik Media Cetak. Menurut Teguh, nilai berita ditentukan oleh kepentingan publik akan informasi yang ada pada siaran berita tersebut, jenis media, serta visi dan misi media. Lebih jauh Ia menjelaskan berita ditulis untuk dibaca, karena itu ambil sisi kepentingan dan atau ketertarikan pembaca.

“Gunakan inti pesan (key messages) yang berisi kepentingan dan atau keingintahuan pembaca. Gunakan bahasa yang lugas, tidak bertele-tele, tidak muluk-muluk, namun isi tetap harus lengkap menganduung unsur 5 W + 1 H,” kata Teguh berbagi kiat menulis.

Workshop pada hari kedua menghadirkan Arifin Asydad, Pemimpin Redaksi Detik.com. Ia berbagi pengetahuan tentang Teknik Menulis di Media Sosial. Menurutnya, media sosial tak bisa dilepaskan dari konten. Sebagaimana di media lain, konten di media sosial juga ibarat seorang raja. Karena itu, pengelolaan konten media sosial juga perlu perencanaan yang baik. Misalnya mengangkat satu topik selama satu minggu. “Buat pengumuman di awal untuk setiap topik. Pengumuman lain juga penting untuk dikabarkan. Gunakanlah bahasa yang baik, simple, dan jelas,” ujarnya.

Pembicara terakhir, Qaris Tajudin, Editor Majalah TEMPO yang menyampaikan materi tentang Teknik Membaca Berita dengan Cepat dan Efektif serta Memahami dan Mengenal Metode Analisis Berita. Qaris menjelaskan, membaca cepat bisa dimaknai seperti mengetik cepat yang dihitung kata per menit atau kecepatan dalam menangkap esensi terpenting dari sebuah tulisan, meski membacanya bisa saja lamban.

“Untuk menganalisis berita, kita harus obyektif dan sportif. Jika berita itu merugikan kita, namun sesungguhnya benar, kita harus menerimanya dengan lapang dada. Agar obyektif, kita menganalisis berita dari beritanya. Bukan dari keuntungan atau kerugian kita,” pungkas Qaris. *** (nia/nif)